Amerika Larang Siswa Pakai HP di Sekolah

Awal tahun ajaran baru di Amerika Serikat ditandai dengan kebijakan baru yang cukup ketat. Sebanyak 17 negara bagian, termasuk Kentucky dan Washington DC, mulai menerapkan aturan larangan penggunaan HP di sekolah. Dengan tambahan ini, total 35 negara bagian kini memiliki regulasi yang membatasi penggunaan ponsel dan perangkat elektronik di lingkungan sekolah.

Florida menjadi negara bagian pertama yang mengesahkan aturan tersebut pada 2023, dan kini baik Partai Demokrat maupun Republik sepakat bahwa HP atau ponsel memberi dampak buruk terhadap kesehatan mental dan fokus belajar anak. Seorang siswa di Louisville, Jamel Bishop, mengaku kelasnya kini jauh lebih kondusif. Menurutnya, guru bisa memberi perhatian lebih pada siswa yang benar-benar membutuhkan.

Namun, aturan ini memunculkan pro dan kontra. Sebagian siswa seperti Audreanna Johnson merasa terbantu karena tidak lagi terganggu gosip dan pesan dari teman. Meski begitu, ia menilai ada kekurangan karena tidak bisa mendengarkan musik untuk membantu fokus. Sementara para orang tua, meskipun mendukung, tetap menginginkan adanya jaminan komunikasi darurat. Kekhawatiran terbesar mereka adalah keamanan anak di sekolah, apalagi di tengah maraknya isu kekerasan di lingkungan pendidikan.

Para peneliti masih mengkaji dampak larangan ini. Beberapa studi awal menunjukkan adanya peningkatan interaksi positif antar siswa, serta berkurangnya gangguan di kelas. Namun, bukti langsung bahwa larangan ponsel meningkatkan kesehatan mental atau menurunkan kasus perundungan masih terbatas. Di sisi lain, guru-guru menyambut baik aturan ini karena kelas menjadi lebih fokus.

Meski tren pembatasan meluas, ada negara bagian yang menolak, seperti Wyoming dan Michigan, dengan alasan kontrol lokal lebih penting. Perdebatan ini menunjukkan bahwa isu ponsel di sekolah bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut keseimbangan antara disiplin, kebebasan, dan rasa aman.

Jika dilihat dari tren global, pembatasan gawai di sekolah tampaknya akan menjadi arus utama. Perubahan cepat ini menandakan adanya kepedulian besar pada generasi muda yang kini tumbuh di era digital. Namun, agar efektif, kebijakan ini harus berjalan beriringan dengan komunikasi yang jelas kepada orang tua, serta dukungan bagi guru untuk mengelola kelas tanpa mengandalkan teknologi pribadi siswa.