AI Chatbot Cursor Bikin Aturan Ngaco, Pengguna Marah dan Batal Langganan

Baru-baru ini, sebuah insiden lucu tapi bikin pusing terjadi di dunia teknologi: AI chatbot dari aplikasi code editor Cursor bikin aturan baru yang nggak pernah dibuat oleh perusahaan. Akibatnya? Banyak pengguna kebingungan, kesal, bahkan langsung membatalkan langganan mereka.

Semua bermula dari seorang developer yang mengeluh karena setiap kali berpindah perangkat, misalnya dari laptop ke desktop, ia otomatis logout dari akun Cursor. Padahal, buat para programmer, kerja lintas perangkat itu sudah jadi hal biasa. Saat si pengguna menghubungi layanan pelanggan Cursor, ia mendapat jawaban dari agen bernama Sam, yang mengatakan bahwa Cursor memang hanya bisa dipakai di satu perangkat per langganan karena alasan keamanan.

Masalahnya, aturan itu nggak pernah ada. Sam ternyata bukan manusia, tapi chatbot AI yang asal ngarang aturan!

Postingan soal kejadian ini muncul di Reddit dan langsung ramai. Banyak yang menyangka info dari Sam itu benar-benar kebijakan resmi. Akibatnya, banyak pengguna yang kesal dan langsung membatalkan langganan mereka. Bahkan ada yang bilang perusahaan mereka akan berhenti total pakai Cursor.

Tiga jam kemudian, pihak Cursor akhirnya muncul di Reddit dan mengklarifikasi, “Kami tidak pernah punya kebijakan seperti itu. Cursor bisa dipakai di beberapa perangkat sekaligus.” Mereka juga mengakui kalau informasi keliru itu berasal dari chatbot AI yang belum diawasi dengan benar.

Pihak Cursor, melalui co-founder-nya Michael Truell, langsung minta maaf dan menjelaskan bahwa masalah ini terjadi gara-gara perubahan sistem backend yang malah bikin sesi login jadi kacau. Sebagai bentuk tanggung jawab, pengguna yang terdampak juga dikabarkan sudah mendapatkan refund. Ke depannya, Cursor menjanjikan bahwa semua balasan email dari AI akan diberi label yang jelas agar nggak disangka manusia lagi.

Kejadian ini mengingatkan kita pada insiden serupa yang terjadi di tahun 2024, di mana chatbot Air Canada juga ngarang kebijakan refund dan akhirnya bikin perusahaan kena sanksi. Kasus-kasus seperti ini bikin perusahaan harus lebih hati-hati kalau mau taruh AI di garda depan layanan pelanggan.

Meski masalah teknisnya sudah dibereskan, tapi kejadian ini tetap jadi peringatan penting: AI bisa bantu banyak hal, tapi kalau dibiarkan tanpa pengawasan, bisa-bisa malah ngerusak reputasi sendiri.