Dulu, Amazon sering dikritik karena sulit mencetak keuntungan. Tapi sekarang? Raksasa e-commerce ini baru saja membukukan laba fantastis sebesar $20 miliar hanya dalam tiga bulan terakhir tahun 2024—nyaris dua kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya. CEO Amazon, Andy Jassy, tak mau buang waktu. Ia mengumumkan bahwa perusahaan akan menginvestasikan lebih dari $100 miliar (sekitar Rp. 1600 Triliun) di 2025, naik setidaknya 20% dari tahun sebelumnya. Fokus utama? Infrastruktur AI. Jassy menyebut ini sebagai “perubahan teknologi terbesar sejak internet lahir.” Langkah ini sejalan dengan pesaing besar lainnya. Alphabet (induk Google) juga berencana menggelontorkan $75 miliar untuk investasi serupa di tahun depan.
Bisnis yang Makin Menguntungkan
Keuntungan besar Amazon bukan hanya datang dari jualan online. Bisnis cloud mereka, AWS, mencetak laba operasional $10,6 miliar di kuartal terakhir 2024, dengan margin keuntungan 37%. Belum lagi bisnis iklan Amazon yang makin mendominasi tampilan pencarian di situsnya—walaupun Amazon tidak secara terbuka mengungkap margin keuntungannya, analis yakin angka ini lebih tinggi dari AWS. Selain itu, efisiensi operasional juga membantu Amazon mengendalikan pengeluaran. Meski pendapatan naik 11% sepanjang 2024, biaya operasionalnya hanya naik 6%.
Lebih Cepat, Lebih Murah, Lebih Untung
Amazon juga makin cerdas dalam urusan logistik. Dengan menyimpan barang lebih dekat ke pelanggan, biaya pengiriman turun, sementara kecepatan pengiriman meningkat. Hasilnya? Keuntungan terus naik di divisi e-commerce dan periklanan, menandai delapan kuartal berturut-turut pertumbuhan laba. Meski semua pencapaian ini mengesankan, saham Amazon sempat turun 4% dalam perdagangan setelah jam kerja. Penyebabnya? Proyeksi kuartal pertama 2025 yang di bawah ekspektasi analis. Beberapa faktor seperti fluktuasi nilai tukar dan tahun kabisat disebut sebagai penyebab, tapi ada spekulasi bahwa ketidakpastian terkait tarif baru Presiden Trump terhadap barang impor dari China juga berperan.
Taruhan Besar di AI
Terlepas dari itu, inti cerita tetap pada satu hal: Amazon bertaruh besar bahwa AI akan menjadi bagian dari hampir semua aplikasi bisnis di masa depan. AWS bukan sekadar menawarkan layanan cloud biasa—mereka punya chip sendiri, model AI sendiri, hingga marketplace yang menyediakan akses ke lebih dari 100 model AI lainnya. Meskipun ada kekhawatiran dari investor tentang biaya pengembangan AI yang membengkak, Jassy optimistis. Ia yakin bahwa semakin murah biaya pelatihan dan penggunaan AI, makin banyak bisnis yang akan mengadopsinya—dan itu berarti makin banyak pendapatan yang bisa dikantongi Amazon. Bagi investor pemula, satu hal yang jelas: Amazon bukan sekadar e-commerce, tapi mesin uang yang terus berkembang, dengan AI sebagai masa depannya.