Amerika Harus Siap Jika AI China Lebih Unggul

Persaingan teknologi kecerdasan buatan (AI) tengah menjadi ajang adu unggul Amerika Serikat dan China. Setelah beberapa tahun mendominasi, Amerika mulai khawatir posisinya terkejar China (Tiongkok), yang terus melesat, mulai dari teknologi chip, pengolahan data, hingga penggunaan AI di pabrik dan pelayanan masyarakat.

Biden dan Trump memang tengah gencar mencari cara agar Amerika tetap unggul. Langkah yang diambil meliputi pembatasan ekspor teknologi penting ke Tiongkok, dukungan pada inovasi domestik, dan penggunaan AI di instansi pemerintah. Hasilnya, Amerika masih unggul, tapi jarak ke Tiongkok terus menyusut. Dalam beberapa aspek, teknologi Tiongkok seperti DeepSeek, Qwen, dan Tencent yang sudah menyamai kemampuan teknologi Amerika.

Selain teknologi, Tiongkok juga unggul dari segi implementasi. Pabrik-pabrik di Beijing, misalnya, menggunakan ratusan robot yang dikontrol AI dan dapat membuat sebuah kendaraan listrik setiap 76 detik. Di perkotaan, Tiongkok juga menggunakan AI secara luas, mulai dari lalu lintas, pengawasan, hingga pelayanan kesehatan.

Meskipun Amerika masih unggul, para ahli menyebut bahwa kecepatan inovasi Tiongkok dan dukungannya dari pemerintah dapat menjadi ancaman. Kontrol ekspor teknologi AS tak sepenuhnya berhasil, karena Tiongkok menemukan cara lain misalnya, menggunakan perusahaan perantara dan menyimpan chip dan terus belajar membuat teknologi sendiri.

Selain teknologi, Amerika juga masih unggul dari aspek infrastruktur, ukuran perusahaan teknologi, dan biaya dan akses penggunaan teknologi. Cloud Amerika, seperti Amazon AWS, Microsoft Azure, dan Google Cloud, masih menjadi tempat penting untuk belajar dan menyebarkan teknologi.

Selain terus bersaing, Amerika juga tengah mencari cara untuk dapat hidup bersama teknologi Tiongkok. Hal itu berarti Amerika perlu menyiapkan diri apabila nantinya Tiongkok lebih unggul, sambil mencari cara agar teknologi Tiongkok dapat berguna, bukan menjadi ancaman. Langkah yang tengah dipertimbangkan, misalnya, adalah pembuatan ukuran standar yang lebih luas, pencegahan risiko penggunaan teknologi asing, dan perbaikan keamanan data.

Singkatnya, Amerika tengah belajar menjadi nomor dua sambil mencari cara untuk masih dapat unggul dan berguna, walau nantinya Tiongkok lebih unggul. Dalam dunia teknologi, yang terpenting bukan selalu menjadi nomor satu, tapi mampu menemukan peran dan cara kreatif demi kepentingan bangsa.