Apa Artinya Krisis Exynos Samsung bagi Pengguna Androidnya

Samsung sedang menghadapi banyak masalah dalam divisi semikonduktornya, terutama dengan Exynos, chip yang biasanya digunakan pada smartphone Galaxy. Salah satunya, masalah dengan produksi chip 3nm yang membuat mereka gagal mendapatkan pesanan besar dan terpaksa menggunakan chip Snapdragon 8 Elite dari Qualcomm untuk Galaxy S25, meski harganya lebih mahal.

Meskipun begitu, Samsung belum menyerah dan sedang mengembangkan Exynos 2600 untuk Galaxy S26 tahun depan. Namun, ada kabar buruk lainnya: ARM, penyedia chip yang digunakan Samsung, berencana menaikkan harga hingga 300%. Ini bisa jadi masalah besar bagi Samsung, karena Exynos mengandalkan desain CPU dari ARM.

Masalahnya, banyak produsen smartphone Android lebih memilih chip Snapdragon atau MediaTek, bukan Exynos. Bahkan chip Exynos menengah pun bisa terdampak karena masih menggunakan inti CPU dari ARM. Jika harga ARM melambung tinggi, Samsung bisa kesulitan bersaing, apalagi Qualcomm sudah menggunakan inti CPU khusus yang tidak terpengaruh oleh kenaikan harga ini.

Sebelumnya, Samsung pernah mencoba membuat inti CPU kustom untuk Exynos, tapi mereka akhirnya menghentikan upaya itu pada 2020. Kini, kemungkinan besar mereka tidak akan mengembalikan tim pengembang kustom tersebut. Dengan harga yang terus naik dan persaingan ketat, mungkin saatnya bagi Samsung untuk mempertimbangkan mengurangi beban Exynos dan memilih solusi lain yang lebih efisien.

Dampak bagi konsumen Android Samsung yang cukup signifikan:

1. Harga Smartphone Bisa Naik

Jika ARM benar-benar menaikkan harga hingga 300%, produsen seperti Samsung mungkin akan membebankan biaya tambahan tersebut ke konsumen. Artinya, harga smartphone flagship atau bahkan kelas menengah yang menggunakan chip Exynos bisa lebih mahal di masa depan.

2. Kinerja dan Inovasi Mungkin Terpengaruh

Samsung mungkin akan semakin bergantung pada chip Qualcomm atau MediaTek jika Exynos tidak lagi kompetitif. Ini bisa berarti beberapa fitur inovatif yang biasanya eksklusif di Exynos akan berkurang. Bagi pengguna Android, terutama fans Samsung, ini bisa jadi pukulan karena perangkat mereka mungkin tidak lagi menawarkan sesuatu yang unik dibanding merek lain.

3. Ketergantungan pada Qualcomm atau MediaTek

Jika Exynos ditinggalkan, pasar Android akan semakin didominasi oleh Qualcomm dan MediaTek. Meskipun ini bisa berarti kinerja yang lebih stabil (karena chip Snapdragon dan Dimensity umumnya diterima dengan baik), pilihan jadi terbatas, dan kurangnya persaingan bisa memperlambat inovasi teknologi di sektor chipset.

4. Kehilangan Pilihan di Pasar Global

Exynos biasanya digunakan pada versi internasional smartphone Samsung, sementara Snapdragon digunakan di Amerika Serikat. Jika Exynos dihentikan, konsumen global akan mendapatkan Snapdragon, yang mungkin menawarkan kinerja lebih baik. Namun, ini juga bisa memengaruhi variasi harga di beberapa pasar.

5. Dampak pada Mid-Range dan Entry-Level Devices

Konsumen yang memilih perangkat kelas menengah atau entry-level dari Samsung juga bisa terkena dampak. Jika Exynos tidak lagi menjadi opsi untuk chip mid-range, harga perangkat di segmen ini bisa naik atau performanya akan stagnan karena terlalu bergantung pada opsi chipset dari pihak ketiga.

Secara keseluruhan, meski konsumen mungkin mendapat manfaat dari stabilitas kinerja jika Samsung berpindah sepenuhnya ke Snapdragon atau MediaTek, kenaikan harga yang potensial dan hilangnya variasi bisa jadi kekhawatiran besar, terutama bagi pengguna Android yang mengutamakan value for money.