Browser internet kini semakin “cerewet”. Setelah OpenAI dan Microsoft mempercepat persaingan dengan menghadirkan fitur AI di Edge, peran browser berubah drastis. Kini, browser bisa menjawab pertanyaan, merangkum halaman, bahkan melakukan tindakan atas nama pengguna. Semua ini tampak praktis, namun para ahli keamanan siber memperingatkan bahwa kemudahan tersebut bisa membuka jalan bagi kebocoran data dan celah keamanan baru.
Persaingan Menguasai Gerbang Internet
Fitur seperti Atlas dan Copilot Mode menjadi bagian dari upaya besar untuk menguasai pintu gerbang menuju internet dengan menanamkan kecerdasan buatan langsung ke dalam browser. Transformasi ini membuat chatbot yang dulunya terpisah kini terintegrasi penuh dalam alat utama untuk menjelajah web.
Selain Microsoft, sejumlah pemain besar juga ikut berlomba. Google sedang menggabungkan model AI Gemini ke dalam Chrome, Opera meluncurkan Neon, dan The Browser Company menghadirkan Dia. Tak ketinggalan, startup seperti Perplexity dengan browser AI-nya bernama Comet, serta Strawberry dari Swedia yang masih tahap beta dan menargetkan pengguna yang kecewa dengan Atlas.
Celah Keamanan Mulai Terungkap
Dalam beberapa minggu terakhir, peneliti menemukan kerentanan pada Atlas yang memungkinkan peretas memanfaatkan fitur “memori” ChatGPT. Celah ini bisa digunakan untuk menyuntikkan kode berbahaya, memberikan akses tidak sah, atau menanamkan malware di perangkat pengguna.
Para peneliti menilai situasi ini baru permulaan dari kekacauan yang lebih besar. Semakin banyak fitur AI ditanamkan ke browser, semakin luas pula potensi risiko keamanan yang harus diwaspadai.

