Canva membuat kejutan besar minggu ini setelah merilis Affinity gratis untuk semua pengguna. Langkah ini langsung memicu perdebatan di kalangan seniman dan desainer. Sebagian orang menyambutnya dengan antusias sebagai alternatif Photoshop yang bebas biaya, sementara yang lain curiga ada “jebakan” di baliknya.
Affinity Jadi Satu Aplikasi Serbaguna
Versi terbaru Affinity kini menggabungkan tiga aplikasi sebelumnya, yaitu Affinity Photo, Affinity Designer, dan Affinity Publisher, dalam satu paket lengkap. Dulu, masing-masing aplikasi bisa mencapai harga hingga 70 dolar. Kini, seluruh fitur pixel, vektor, dan tata letak digabungkan dalam satu aplikasi desktop gratis untuk Windows dan Mac. Canva bahkan memastikan versi iPad akan segera hadir.
Langkah ini muncul setelah Canva membeli pengembang Affinity, Serif, tahun lalu. Setelah akuisisi itu, banyak yang bertanya-tanya akan dibawa ke mana arah Affinity, terutama ketika situs resminya berhenti menjual lisensi beberapa waktu lalu.
Reaksi Campur: Antara Pujian dan Kecurigaan
Sebagian kreator menyebut keputusan ini sebagai kabar terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Mereka kagum bisa mengakses alat desain profesional tanpa membayar. Ada yang menyandingkan Affinity dengan Photoshop, Illustrator, dan InDesign, serta menyebutkan kini seluruh ekosistem kreatif seperti Davinci Resolve, Krita, Darktable, dan Blender bisa diakses secara gratis.
Namun tidak semua yakin. Banyak yang khawatir karena Canva adalah perusahaan besar yang berorientasi profit. Mereka bertanya-tanya, apa keuntungan Canva dari membebaskan Affinity? Beberapa menduga aplikasi ini akan menampilkan iklan di masa depan atau digunakan untuk melatih kecerdasan buatan (AI), sesuatu yang sudah dibantah oleh Canva. Ada juga yang menilai langkah ini sebagai strategi untuk menyaingi Adobe.
Kekhawatiran lain muncul soal keberlanjutan pengembangan. Beberapa pengguna takut bahwa versi gratis akan membuat pembaruan Affinity berjalan lambat. Ada juga yang khawatir Canva suatu hari akan menerapkan sistem langganan berbayar setelah pengguna sudah terlanjur bergantung pada platform mereka.
AI Jadi Sorotan
Walau Affinity sendiri belum memiliki fitur AI bawaan, Canva telah memperkenalkan “Creative Operating System” yang diklaim sebagai model AI pertama di dunia khusus untuk desain. Pengguna Canva versi premium nantinya bisa mengakses alat seperti Generative Fill langsung dari Affinity.
Bagi sebagian desainer, ketiadaan AI membuat Affinity terasa kurang kompetitif dibandingkan Photoshop atau Illustrator. Namun, ada juga yang menganggap pendekatan Canva sudah tepat: fitur dasar tetap gratis, sementara AI hanya untuk pengguna berbayar.
Menariknya, perdebatan pun melebar ke isu etika. Beberapa orang menilai ada kontradiksi moral bagi mereka yang menolak AI tetapi tetap menggunakan aplikasi yang didukung keuntungan dari teknologi tersebut.
Pengalaman Pengguna Awal
Beberapa pengguna yang telah mencoba Affinity versi baru mengaku puas. Aplikasi ini dinilai berjalan mulus dan menyediakan berbagai alat penting seperti layer, masking, dan retouching. Kelemahannya hanya pada pengolahan foto mentah (RAW) yang belum seefisien Lightroom. Meski begitu, untuk pekerjaan grafis dasar, Affinity dianggap sangat solid.
Adobe sendiri belum kehilangan penggemar setianya. Banyak profesional masih memilih Photoshop karena pembaruan rutin dan integrasi dengan aplikasi seperti Premiere dan After Effects. Namun bagi desainer yang fokus pada grafis diam dan ingin menghindari langganan mahal, Affinity bisa menjadi solusi ideal.
Canva dan Ambisi AI
Selain menggratiskan Affinity, Canva juga meluncurkan model AI desain buatan sendiri. Model ini mampu memahami lapisan dan format desain, sehingga hasilnya bukan sekadar gambar datar, tetapi desain yang bisa diedit langsung. Canva juga menambahkan berbagai fitur baru seperti pembuatan aplikasi mini, formulir online, serta alat analisis iklan berbasis AI bernama Canva Grow.
Dengan strategi ini, Canva semakin memperluas ekosistemnya dan menegaskan ambisi untuk menjadi pesaing utama Adobe di dunia desain digital. Kini, komunitas kreatif tinggal menunggu apakah “Affinity versi gratis selamanya” benar-benar akan bertahan sesuai janjinya, atau justru menjadi awal dari model bisnis baru berbasis AI milik Canva.

