Semakin banyak orang menggunakan AI seperti ChatGPT untuk menulis pesan pribadi, mulai dari ucapan selamat hingga ungkapan duka. Alasannya? Praktis dan bisa membantu merangkai kata-kata yang sulit diucapkan langsung. Namun, fenomena ini memicu perdebatan: apakah pesan dari hati tetap bermakna jika ditulis oleh mesin?
Contohnya, seorang pengguna Reddit mengunggah tangkapan layar pesan dari ibunya saat proses perceraian. Isinya sangat menyentuh, tapi terasa terlalu rapi dan “bukan gaya ibunya”. Setelah dicek dengan alat pendeteksi AI seperti GPTZero, hasilnya menunjukkan kemungkinan besar pesan itu dibuat oleh ChatGPT.
Meski begitu, banyak netizen justru membela sang ibu. Mereka berpendapat bahwa niat baik tetap penting, terlepas dari siapa yang merangkai kata-katanya. Tak sedikit yang mengaku pernah menggunakan ChatGPT untuk merespons pesan keluarga dan justru membuat lawan bicara mereka tersentuh hingga menangis.
Sayangnya, semakin canggih chatbot, semakin sulit pula membedakan mana yang ditulis manusia dan mana yang dibuat AI. Namun, ada beberapa ciri umum yang bisa jadi petunjuk: gaya bahasa terlalu halus, tidak menyebut detail pribadi atau kenangan bersama, dan sering menggunakan tanda baca seperti em dash (—). Jika kamu curiga, kamu bisa mengeceknya di situs deteksi AI seperti GPTZero.
Bahkan perusahaan teknologi seperti Google sempat dikritik karena menampilkan iklan yang menggambarkan seorang ibu menggunakan AI untuk menulis surat atas nama anaknya. Banyak pihak merasa hal itu justru mengurangi makna komunikasi personal. Intinya, AI bisa jadi alat bantu yang luar biasa, tapi di sisi lain, kita tetap perlu jujur tentang siapa yang sebenarnya berbicara. Apakah itu kamu… atau mesin?