China Pamerkan Kekuatan Nuklir Penuh untuk Pertama Kalinya

China untuk pertama kalinya memperlihatkan kekuatan nuklir penuh atau yang dikenal sebagai nuclear triad dalam parade militer besar di Beijing pada Rabu. Parade ini digelar untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II di Asia dan menjadi panggung unjuk gigi kemampuan militer terbaru Negeri Tirai Bambu.

Dalam barisan yang melintasi Lapangan Tiananmen, publik disuguhi pemandangan deretan senjata strategis yang terdiri dari rudal nuklir berbasis darat, laut, dan udara. Beberapa di antaranya adalah DF-61, yang disebut-sebut sebagai rudal balistik antarbenua terbaru, serta DF-31BJ, versi modern dari model sebelumnya. Selain itu, tampil pula JL-3, rudal balistik antarbenua berbasis kapal selam, hingga rudal jarak jauh JL-1 yang diluncurkan dari udara.

Langkah ini menandai era baru bagi Angkatan Udara China (PLAAF) yang kini secara resmi masuk ke dalam struktur nuklir negara. Sebelumnya, peran nuklir hanya melekat pada pasukan darat dan laut. Dengan hadirnya rudal udara JL-1 serta pesawat pembom H-6N yang mampu membawa senjata nuklir jarak jauh, kekuatan nuklir China menjadi lebih berlapis.

Namun, perlu dicatat bahwa banyak dari sistem senjata ini belum jelas status operasionalnya. Belum ada bukti kuat apakah semua benar-benar siap tempur atau masih dalam tahap pengembangan. Walaupun begitu, pameran senjata ini jelas menjadi sinyal kuat kepada dunia bahwa China ingin menunjukkan diri sejajar dengan kekuatan nuklir besar seperti Amerika Serikat dan Rusia.

Menurut laporan Departemen Pertahanan AS, China kini memiliki lebih dari 600 hulu ledak nuklir operasional pada 2024 dan berpotensi melampaui 1.000 unit pada 2030. Meski jumlah itu masih jauh lebih kecil dibandingkan Amerika dan Rusia yang masing-masing memiliki ribuan hulu ledak, tren peningkatan yang cepat membuat banyak pihak waspada.

Tidak bisa dipungkiri, pameran ini lebih dari sekadar demonstrasi militer. Ini adalah simbol prestise dan pesan politik bahwa Beijing serius membangun kekuatan globalnya. Secara strategis, memiliki triad nuklir memang dianggap penting demi memperluas opsi serangan sekaligus meningkatkan daya gentar terhadap lawan. Namun bagi dunia internasional, langkah ini juga dapat memicu perlombaan senjata baru di kawasan.

Bagi China, senjata nuklir yang dipamerkan bukan sekadar alat pertahanan, tetapi juga “kartu truf” untuk menegaskan kedaulatan dan wibawa nasional. Dari kacamata politik global, jelas bahwa Beijing sedang memperlihatkan ambisinya menuju militer kelas dunia pada 2049, tahun peringatan 100 tahun berdirinya Republik Rakyat China.

Pertanyaannya, apakah ini akan membawa stabilitas lewat keseimbangan kekuatan atau justru membuka babak baru ketegangan nuklir di Asia? Waktu yang akan menjawab.