Congestion pricing di New York City baru saja berjalan selama seminggu, tapi efeknya sudah mulai terasa! Menurut data dari MTA, lalu lintas berkurang 7,5%, dan perjalanan jadi lebih cepat. Gimana nggak? Waktu tempuh dari Manhattan ke New Jersey lewat George Washington Bridge, Lincoln Tunnel, atau Holland Tunnel sekarang lebih singkat 30-40%!
Congestion pricing adalah sistem di mana pengemudi dikenakan biaya tambahan saat memasuki area tertentu di kota selama jam-jam sibuk. Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan kualitas udara, dan mendanai transportasi umum.
Apa Kata Warga?
Deep Patel, yang biasanya terjebak macet berjam-jam, sekarang bisa melaju santai di Hudson Street. “Ini luar biasa! Saya suka. Kalau ada yang mampu bayar, ya nggak masalah,” katanya sambil tersenyum puas.
Subway dan Bus Makin Diminati
Kabar baik lainnya, penumpang subway juga meningkat dari 3,47 juta jadi 3,7 juta per hari dibanding tahun lalu. Naik MTA express bus juga makin diminati, naik 6% dibanding Januari 2024. Perjalanan bus jadi lebih cepat, apalagi di rute crosstown, yang sekarang lebih efisien hingga 30%.
Sisi Lain Congestion Pricing
Tapi nggak semuanya manis. Biaya pengiriman ke restoran naik karena truk pengantar harus bayar masuk zona. “Restoran terpaksa nanggung biaya tambahan ini,” ujar Andrew Rigie dari NYC Hospitality Alliance.
Luke Natale, yang sering lewat Holland Tunnel, juga ragu efek positif ini bakal bertahan lama. “Apa orang bakal terus pakai kereta, atau nanti balik nyetir lagi?”
Tantangan Politik
Di sisi politik, ada yang nggak setuju dengan kebijakan ini. Beberapa politisi, termasuk Staten Island Congresswoman Nicole Malliotakis, bahkan berdiskusi dengan Presiden-Elekt Donald Trump tentang upaya menghentikan congestion pricing.
Optimisme Walikota
Sementara itu, Walikota Eric Adams tetap optimis. “Kita harus analisis datanya, lihat apa yang perlu diperbaiki. Saya ingin orang-orang tetap datang ke Manhattan, makan di restoran, dan menikmati hiburan malam di sini.”
Pelajaran Untuk Kemacetan Jakarta
Melihat dampak positif dari kebijakan congestion pricing di New York City, Jakarta bisa belajar banyak untuk mengatasi masalah kemacetan yang sudah menjadi “menu harian” warga ibu kota. Berikut beberapa pelajaran penting:
1. Kurangi Mobil Pribadi, Perkuat Transportasi Umum
New York berhasil menurunkan jumlah kendaraan di jalanan hingga 7,5% hanya dalam seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pembatasan kendaraan bisa efektif, asalkan transportasi umum jadi pilihan yang lebih nyaman dan terjangkau. Jakarta perlu terus meningkatkan kualitas MRT, TransJakarta, dan KRL agar masyarakat mau beralih.
2. Manfaatkan Teknologi untuk Efisiensi
Jakarta bisa memanfaatkan teknologi untuk menerapkan sistem pembayaran elektronik yang transparan, seperti yang dilakukan NYC. Dengan teknologi yang terintegrasi, pengelolaan dana dari kebijakan ini bisa lebih akuntabel dan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur transportasi umum.
3. Dampak Ekonomi Harus Diperhitungkan
Meski lalu lintas berkurang, biaya tambahan untuk pengiriman barang di NYC memengaruhi restoran dan bisnis lokal. Jakarta harus berhati-hati dalam merancang kebijakan agar tidak terlalu membebani pelaku usaha kecil. Solusi seperti subsidi untuk pengiriman dalam kota atau zona khusus logistik bisa dipertimbangkan.
4. Uji Coba dan Evaluasi
NYC memulai kebijakan ini dengan pengawasan ketat dan pengumpulan data real-time. Jakarta juga perlu melakukan uji coba di area tertentu, seperti Sudirman-Thamrin atau jalan protokol lainnya, sebelum menerapkannya di seluruh kota. Evaluasi dampak sosial dan ekonomi sangat penting untuk menentukan langkah berikutnya.
5. Edukasi dan Sosialisasi
Kesuksesan kebijakan ini di NYC tidak lepas dari pemahaman masyarakat tentang manfaat jangka panjangnya. Jakarta harus gencar memberikan edukasi kepada warganya bahwa kebijakan ini bukan sekadar untuk mengurangi macet, tetapi juga untuk menciptakan kota yang lebih nyaman, sehat, dan ramah lingkungan.
Dengan strategi yang tepat, Jakarta bisa mengikuti jejak NYC dan menjadi kota metropolitan yang lebih tertata. Siapa tahu, suatu hari nanti, kita bisa bilang, “Jakarta nggak macet lagi, karena kita berani berubah!”