OpenAI resmi merilis aplikasi Sora untuk Android setelah sebelumnya hanya tersedia di web dan iOS. Tak sekadar generator video berbasis AI, Sora kini berfungsi layaknya platform media sosial mirip TikTok atau YouTube Shorts, di mana pengguna bisa menjadi bintang di dalam videonya sendiri.
Fitur Utama: Pindai Wajah dan Suara
Sora memungkinkan pengguna memindai wajah hanya dengan kamera depan ponsel. Prosesnya cepat, kurang dari sepuluh detik. Setelah pemindaian selesai, pengguna bisa langsung membuat video AI dengan wajah dan suara mereka. Hasilnya terlihat cukup realistis, dengan warna kulit dan ekspresi wajah yang nyaris sempurna, meski proporsi tubuh kadang sedikit tidak pas.
Sora juga bisa menempatkan pengguna di berbagai latar, bahkan yang tak masuk akal, dan meniru suara sesuai teks yang dimasukkan. Pengguna bisa membagikan avatar mereka agar orang lain dapat menggunakan wajahnya dalam video AI, atau membuka aksesnya untuk umum seperti yang dilakukan beberapa influencer.
Mirip Platform Video Pendek
Saat dibuka, tampilan Sora menyerupai aplikasi video pendek lainnya dengan tombol like, komentar, dan berbagi. Feed-nya didominasi video hasil AI, termasuk kemunculan wajah-wajah terkenal seperti CEO OpenAI Sam Altman hingga kreator YouTube populer.
Namun, sebagian besar konten masih terasa hambar. Banyak video kucing dan klip acak tanpa konteks yang berarti. Meski begitu, fitur untuk menempatkan diri di berbagai situasi tetap memberikan pengalaman unik bagi pengguna.
Akses Terbatas dan Gratis
Sora saat ini dapat diakses bebas di Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, dan Jepang. Pengguna di luar negara tersebut memerlukan kode undangan dari pengguna yang sudah terdaftar. Setelah mendapat akses, setiap pengguna bisa membuat hingga 30 video per hari tanpa biaya dan tanpa iklan.
Sebagai perbandingan, Google Veo 3 hanya bisa digunakan oleh pelanggan berbayar dan terbatas pada video delapan detik. OpenAI tampaknya masih menanggung biaya besar untuk menjalankan Sora.
Tantangan dan Batasan
Sora pernah menuai kontroversi karena bisa menampilkan tokoh nyata dan karakter berhak cipta tanpa batasan. Setelah mendapat protes, OpenAI kini membatasi konten semacam itu. Meski begitu, banyak pengguna menilai feed Sora terasa kosong dan tidak memiliki kedalaman emosional seperti platform lain.
Setelah mencoba menggulir beragam video selama satu jam, penulis mengaku tidak menemukan narasi atau sisi kemanusiaan yang nyata. Sora lebih terasa seperti hiburan buatan mesin yang terlepas dari kehidupan nyata.
Sora menunjukkan seberapa jauh teknologi AI generatif telah berkembang. Meski masih ada kekurangan dari sisi konten dan relevansi sosial, kemampuan aplikasinya untuk mereplikasi wajah dan suara manusia tetap mengesankan. Bagi yang penasaran dan bersedia memindai wajah ke sistem OpenAI, Sora layak dicoba sekadar untuk melihat kecanggihan teknologi di baliknya.

