Deretan “The Next Big Thing” yang Pernah Digadang-gadang, tapi Kini Tinggal Kenangan

Tidak semua inovasi mampu bertahan. Beberapa teknologi atau produk memang sempat digadang-gadang akan mengubah dunia, namun pada akhirnya justru tenggelam dan dilupakan.

Fenomena ini ramai dibahas di forum Reddit, ketika seorang pengguna bertanya tentang produk atau tren yang dulu disebut bakal jadi “The Next Big Thing” namun akhirnya gagal total. Responsnya pun beragam dan memunculkan daftar panjang yang cukup menarik.

Beberapa nama besar muncul di sana. Segway, misalnya, pernah disebut sebagai transportasi masa depan, tetapi faktanya hanya populer di kalangan turis. Microsoft Windows Phone yang sempat diharapkan bisa menyaingi Android dan iOS, kini benar-benar punah. Begitu pula Google+ yang digadang bakal mengalahkan Facebook, namun justru ditutup karena sepi pengguna.

Ada juga teknologi hiburan yang gagal mencuri hati publik. 3D TV yang sempat jadi tren di awal 2010-an ternyata hanya bertahan sebentar karena konten minim dan penggunaan kacamata yang dianggap merepotkan. Hal serupa terjadi pada 3D film yang kebanyakan hadir seadanya tanpa kualitas cerita yang baik. Augmented reality glasses dan Facebook’s Metaverse juga masuk daftar kegagalan, meski awalnya penuh janji besar.

Produk legendaris lain yang kini hanya jadi nostalgia antara lain Microsoft Zune yang kalah bersaing dengan iPod, Sony MiniDisc yang tergeser oleh CD-RW, hingga HD DVD yang harus menyerah pada Blu-ray. Tak ketinggalan Crystal Pepsi dan Olean oil chips yang sempat dianggap inovasi makanan, namun ditinggalkan konsumen.

Jika ditarik benang merah, kegagalan produk-produk ini biasanya muncul karena satu hal: hype yang lebih besar daripada manfaat nyata yang dirasakan konsumen. Orang bisa dibuat penasaran oleh janji masa depan, tetapi jika kenyataan tidak seindah promosi, maka pasar pun cepat beralih. Kenyataannya, hanya sedikit inovasi yang benar-benar bertahan dan mengubah hidup manusia, seperti iPhone pada 2007. Selebihnya, sebagian besar hanya jadi catatan sejarah bahwa tidak semua “masa depan” benar-benar akan datang.