Elon Musk tampaknya semakin total dalam mengarahkan perhatiannya ke xAI, startup kecerdasan buatan yang ia dirikan dua tahun lalu. Sejak hengkang dari Washington pada Juni lalu, Musk menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor xAI di Palo Alto, bahkan dikabarkan tidur di kantor demi mengejar ketertinggalan dari para pesaing seperti OpenAI.
Dalam pertemuan besar bersama seluruh karyawan pekan ini, Musk kembali menggaungkan misinya membangun sistem AI yang “maximally truth-seeking” dan mengumumkan rencana ambisius membuat pesaing Microsoft bernama Macrohard. Menurut Musk, memaksa AI untuk berbohong adalah langkah menuju masa depan distopia. Visi ini memang sejalan dengan reputasinya sebagai inovator yang tak kenal kompromi, namun juga menimbulkan pertanyaan apakah fokusnya di xAI akan mengganggu kinerjanya di Tesla dan SpaceX.
Di balik visi besar tersebut, xAI sedang mengalami masa turbulensi. Lebih dari 500 anggota tim data annotation, yang bertugas melatih chatbot Grok, diberhentikan dalam sepekan terakhir. Mengejutkannya, posisi pimpinan tim kini dipegang oleh Diego Pasini, seorang mahasiswa yang baru lulus SMA pada 2023 dan baru bekerja di xAI sejak Januari. Langkah ini menimbulkan pro dan kontra, terutama karena pemimpin sebelumnya adalah manajer berpengalaman dari tim Autopilot Tesla.
Musk pun menambah tekanan kepada karyawan. Ia mengirim email kepada seluruh staf meminta mereka menulis laporan satu halaman berisi capaian empat minggu terakhir dan rencana empat minggu ke depan, dengan tenggat hanya 48 jam. Pola ini bukan hal baru, karena Musk dikenal sering meminta laporan produktivitas serupa di perusahaan lain yang ia pimpin, bahkan pernah meminta developer Twitter untuk mencetak kode yang mereka tulis.
Langkah-langkah ini memberi sinyal bahwa Musk sedang membentuk budaya kerja super ketat di xAI, mirip dengan era awal Twitter pasca akuisisi. Di satu sisi, pendekatan ini bisa mempercepat kemajuan teknologi Grok, yang saat ini sudah digunakan jutaan pengguna di X dan mendapat pujian dari CEO Nvidia Jensen Huang. Namun, di sisi lain, tekanan berlebihan dan PHK masif bisa membuat moral tim jatuh dan memicu eksodus talenta.
Jika Musk benar-benar ingin menjadikan xAI pemimpin pasar AI, keseimbangan antara ambisi teknis dan kesejahteraan karyawan akan menjadi kunci. Masa depan xAI akan ditentukan oleh apakah strategi keras Musk mampu melahirkan inovasi atau justru menciptakan kelelahan kolektif di dalam tim.