Hugging Face Jual Robot AI Reachy Mini, Siap Bikin Developer Makin Kreatif

Hugging Face, perusahaan pengembang AI open source, kini resmi membuka pemesanan untuk produk robot terbarunya: Reachy Mini. Robot desktop ini dirancang agar para pengembang bisa membangun, memprogram, dan menguji aplikasi AI langsung dari meja kerja mereka. Dalam pengumuman terbarunya, Hugging Face menyebut akan menghadirkan dua versi Reachy Mini:

  • Reachy Mini Wireless seharga $449 (sekitar Rp. 7,2 juta), berjalan di atas mini komputer Raspberry Pi 5 dan bisa digunakan tanpa kabel.
  • Reachy Mini Lite seharga $299 (sekitar Rp. 4,8 juta), lebih terjangkau namun harus tersambung ke sumber komputasi eksternal.

Keduanya hadir dalam bentuk kit DIY (Do It Yourself) yang bisa dirakit sendiri oleh pengguna. Ukurannya sebesar boneka, dilengkapi dua layar kecil untuk mata dan dua antena, serta dapat diprogram penuh menggunakan Python. Hugging Face juga telah menyematkan demo bawaan dan koneksi langsung ke Hugging Face Hub, platform yang menyediakan akses ke lebih dari 1,7 juta model AI dan 400 ribu dataset.

CEO Hugging Face, Clém Delangue, menjelaskan bahwa peluncuran dua versi ini didasarkan pada masukan dari pengguna awal. Salah satunya adalah seorang anak berusia lima tahun yang ingin membawa robotnya ke seluruh rumah. Masukan semacam inilah yang jadi fondasi pendekatan open source dari Hugging Face: membangun produk berdasarkan umpan balik komunitas.

“Karena sifatnya open source, siapa pun bisa mengubah, memodifikasi, dan memperluas Reachy Mini sesuai kebutuhan,” ujar Delangue.

Target utama Reachy Mini adalah para pengembang AI. Mereka bisa membuat aplikasi, fitur unik, dan membagikannya ke komunitas. Harapannya, dari sini akan lahir jutaan ide baru yang bisa digunakan bersama.

Reachy Mini Lite dijadwalkan mulai dikirim bulan depan, sementara versi wireless menyusul akhir tahun ini. Hugging Face ingin robot ini segera sampai ke tangan pengguna tanpa harus menunggu preorder yang lama.

Delangue menegaskan pentingnya perangkat keras open source dalam dunia robotika. “Lebih baik hidup di dunia di mana setiap orang bisa mengendalikan robot mereka sendiri, daripada bergantung pada perusahaan besar yang membuat sistem tertutup,” ujarnya.