IBM Beri Kabar Buruk Kepada Investor Saham Nvidia

Laporan terbaru dari IBM bisa jadi kabar kurang menyenangkan bagi para investor Nvidia. Dalam survei yang melibatkan 2.000 CEO di seluruh dunia, hanya 25% yang menyatakan bahwa investasi mereka di bidang kecerdasan buatan (AI) memberikan keuntungan sesuai harapan. Bahkan, hanya 16% dari mereka yang berhasil mengembangkan penggunaan AI secara menyeluruh di perusahaan mereka.

Meskipun AI tetap dianggap memiliki nilai bisnis, hasilnya ternyata belum seindah yang diprediksi. Sekitar 52% CEO mengakui bahwa AI memberikan manfaat di luar penghematan biaya, dan dua pertiga CEO mengatakan bahwa mereka berinvestasi di AI lebih karena takut tertinggal dari pesaing ketimbang karena sudah jelas keuntungannya secara finansial.

Ini menjadi masalah besar bagi Nvidia, perusahaan yang sangat bergantung pada tingginya permintaan akan chip AI canggih untuk pertumbuhan bisnisnya. Saat perusahaan-perusahaan mulai berhitung lebih cermat dan mencari cara agar teknologi AI lebih murah, peluang Nvidia untuk menjual chip mahal dalam jumlah besar pun bisa berkurang.

Hal ini diperparah dengan munculnya model-model AI baru yang efisien dan hemat biaya. DeepSeek, Microsoft, dan IBM sudah meluncurkan model AI kecil yang bisa berjalan di perangkat keras biasa tanpa harus menggunakan chip mahal seperti milik Nvidia. Contohnya, model AI terbaru dari IBM bernama Granite 4.0 Tiny bisa dijalankan di GPU kelas konsumen, sedangkan model 1-bit milik Microsoft hanya butuh 0,4 GB memori dan bisa jalan di CPU biasa.

Meskipun CEO masih optimistis dan memperkirakan AI akan menghasilkan ROI positif pada 2027, tren menuju AI yang lebih murah dan efisien tampaknya tidak menguntungkan bagi Nvidia yang bergantung pada penjualan GPU mahal. Dengan semua perkembangan ini, para investor Nvidia perlu waspada. Meskipun pasar AI terus berkembang, bukan berarti semua pihak di dalamnya akan mendapat untung besar.