Intel memberikan perkiraan pendapatan dan laba yang lebih rendah dari ekspektasi analis untuk kuartal kedua 2025, di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi dan ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok. Ini menjadi tantangan besar bagi CEO baru, Lip-Bu Tan, yang baru saja memimpin perusahaan.
Dalam panggilan konferensi dengan investor, Tan mengumumkan sejumlah langkah untuk menyegarkan kembali budaya inovasi di Intel. Di antaranya adalah mewajibkan karyawan kembali bekerja di kantor selama empat hari dalam seminggu mulai 1 September, mengurangi jumlah rapat internal, serta menyederhanakan proses birokrasi agar fokus pada pekerjaan inti di bidang teknik.
Meski upaya itu sedikit meredam penurunan saham Intel dalam perdagangan setelah jam bursa, saham perusahaan tetap turun sekitar 5%. Para investor tetap khawatir karena Intel masih kesulitan bersaing di pasar chip kecerdasan buatan (AI) yang sedang berkembang pesat.
Chief Financial Officer David Zinsner mengatakan bahwa kekhawatiran soal tarif menyebabkan para pelanggan menimbun chip Intel pada kuartal pertama, yang sempat mendongkrak penjualan. Namun, perusahaan tidak bisa memastikan seberapa besar dampaknya, dan memperkirakan penjualan akan menurun pada kuartal berikutnya.
Tan juga menyampaikan bahwa dirinya telah bertemu dengan CEO dan mantan CEO dari TSMC, pesaing utama Intel, guna membahas kemungkinan kerja sama yang saling menguntungkan.
Untuk memangkas pengeluaran, Intel menargetkan pengeluaran operasional sebesar $17 miliar pada 2025, turun dari target sebelumnya $17,5 miliar, dan menjadi $16 miliar pada 2026. Tan juga menyebut bahwa proyek pembangunan pabrik baru senilai $28 miliar di Ohio ditunda hingga tahun 2030.
Intel juga mengumumkan bahwa mereka telah menerima hibah sebesar $1,1 miliar dari pemerintah AS melalui program CHIPS Act. Namun, perusahaan tetap mempertahankan perkiraan belanja modalnya untuk 2025 sebesar $8 hingga $11 miliar karena ketidakpastian waktu pencairan dana dari pemerintah.
Tan menegaskan bahwa restrukturisasi ini kemungkinan besar akan berdampak pada pengurangan jumlah karyawan. Pemutusan hubungan kerja akan dimulai pada kuartal kedua, sebagai bagian dari upaya mengurangi beban birokrasi internal.
Intel memperkirakan pendapatan kuartal kedua antara $11,2 hingga $12,4 miliar, lebih rendah dari perkiraan analis sebesar $12,82 miliar. Perusahaan juga memproyeksikan laba per saham yang disesuaikan akan mencapai titik impas, dibandingkan dengan estimasi pasar sebesar 6 sen per saham.
Ketegangan dagang turut memperburuk prospek penjualan Intel ke Tiongkok, pasar terbesar mereka. Tiongkok berencana mengenakan tarif tinggi hingga 85% terhadap chip buatan AS, yang bisa berdampak besar pada penjualan Intel ke sana. Pada kuartal pertama, pendapatan Intel tercatat sebesar $12,67 miliar,sedikit di atas perkiraan analis sebesar $12,30 miliar.