Investor Google Tak Perlu Panik Dengan Hantaman Isu AI

Saham Alphabet, perusahaan induk Google (GOOGL), sempat anjlok hingga 7% minggu lalu. Penyebabnya adalah pernyataan dari eksekutif Apple yang mengatakan bahwa mesin pencari tradisional seperti Google kemungkinan akan digantikan oleh pencarian berbasis kecerdasan buatan (AI).

Padahal, pencarian Google menyumbang 56% dari pendapatan Alphabet pada kuartal pertama 2025. Wajar saja jika banyak investor khawatir. Namun, apakah ini benar-benar akhir dari dominasi Alphabet?

Alphabet Sudah Siap Hadapi Tantangan AI

Pihak manajemen Alphabet sebenarnya sudah menyadari ancaman ini sejak lama. Mereka bahkan sudah mengintegrasikan fitur pencarian berbasis AI ke dalam hasil pencarian Google. Sekarang, pengguna bisa langsung melihat rangkuman jawaban AI di bagian atas halaman hasil pencarian.

Menurut manajemen, fitur ini sangat diminati dan terus berkembang. Alphabet juga sedang mengembangkan fitur tambahan serta memperluas penggunaan AI ini.

Kabar Baik: Biaya ke Apple Bisa Dihapus

Di tahun 2022, Alphabet membayar Apple sebesar $20 miliar agar Google menjadi mesin pencari default di perangkat Apple. Namun dengan pernyataan terbaru dari Apple bahwa mereka mungkin akan memberi opsi pencarian berbasis AI kepada pengguna, Alphabet mungkin tidak perlu lagi membayar biaya besar itu.

Artinya, keuntungan Alphabet bisa langsung melonjak hingga $20 miliar atau naik sekitar 20% dari total laba setahun terakhir, yang mencapai $111 miliar. Walau sebagian pengguna mungkin beralih ke pilihan lain, Google tetap menjadi mesin pencari paling populer di dunia. Sebagian besar pengguna kemungkinan besar akan tetap memilih Google.

Saham Alphabet Masih Sangat Murah

Meski pasar saham bereaksi negatif, harga saham Alphabet kini berada di level murah—hanya 16 kali dari estimasi laba masa depan. Jika biaya ke Apple benar-benar dihapus, keuntungan Alphabet akan naik dan rasio harga terhadap laba akan turun, menjadikan saham ini semakin menarik.

Bagi investor jangka panjang, ini bisa jadi peluang emas. Meskipun para analis dari layanan Stock Advisor tidak menempatkan Alphabet dalam 10 saham terbaik saat ini, bukan berarti potensi Alphabet sudah habis. Justru ini bisa menjadi awal baru bagi perusahaan teknologi raksasa tersebut.

Google Kembali Serius di Dunia Virtual Reality

Selain isu pencarian AI, Google juga kembali fokus ke dunia realitas virtual (VR) dengan sistem operasi baru bernama Android XR. Tahun ini, Samsung akan merilis headset VR pertama yang menggunakan Android XR. Google berharap banyak pengembang akan tertarik membuat aplikasi untuk perangkat ini.

Meski rekam jejak Google dalam proyek AR dan VR sebelumnya kurang stabil, kali ini strategi mereka berbeda: menggandeng mitra dan memanfaatkan kekuatan AI. Dengan pesaing besar seperti Apple dan Meta yang juga gencar berinvestasi di teknologi imersif, Google tampaknya tidak mau ketinggalan.

Kesimpulan: Isu pengganti mesin pencari tradisional dengan AI memang membuat pasar panik. Tapi Alphabet telah siap menghadapi tantangan ini dan bahkan bisa mendapat keuntungan besar jika tidak lagi membayar Apple. Ditambah dengan harga saham yang murah dan langkah serius di bidang VR, ini bisa menjadi momen tepat untuk para investor yang berani mengambil peluang.