JPMorgan Bakal Kenakan Biaya ke Fintech, Akhiri Era Data Gratis?

JPMorgan Chase, bank terbesar di Amerika Serikat, tengah bersiap untuk mengenakan biaya kepada para perantara fintech seperti Plaid yang selama ini mengakses data nasabah secara gratis. Menurut memo internal JPMorgan, perusahaan fintech ini membanjiri sistem bank dengan permintaan data (API calls) yang “secara masif membebani sistem”, meskipun sebagian besar permintaan tersebut tidak berasal dari aktivitas langsung nasabah.

Pada Juni saja, dari total 1,89 miliar permintaan data yang diterima JPMorgan, hanya 13% yang benar-benar diminta oleh pengguna untuk melakukan transaksi. Sisanya, menurut pihak internal bank, digunakan untuk berbagai keperluan seperti peningkatan produk, pencegahan penipuan, bahkan kemungkinan dijual ke pihak ketiga.

Plaid menjadi sorotan utama karena disebut menyumbang lebih dari 1 miliar permintaan data, dengan hanya 6% yang diinisiasi oleh pengguna. Plaid menanggapi bahwa praktik ini wajar dalam industri agar nasabah mendapatkan peringatan seperti biaya overdraft atau aktivitas mencurigakan, dan bahwa semua akses data terjadi atas persetujuan pengguna. Namun, JPMorgan menyoroti bahwa model ini juga meningkatkan risiko penipuan, dengan klaim kerugian hingga $50 juta—yang diperkirakan akan naik tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Bank berencana menerapkan struktur biaya baru paling cepat Oktober tahun ini, yang bisa membuat Plaid harus membayar hingga $300 juta per tahun. Langkah ini memicu kritik dari kalangan investor dan pelaku industri fintech yang menuduh JPMorgan melakukan praktik “anti-kompetitif” dan “rent-seeking.”

Dari perspektif bisnis, tuntutan JPMorgan masuk akal. Infrastruktur teknologi kelas dunia memang mahal, dan bila mayoritas akses tidak digunakan untuk melayani pengguna langsung, namun demi kepentingan komersial pihak ketiga, wajar jika bank menuntut kompensasi. Di sisi lain, bila akses data menjadi terlalu mahal, hal ini dapat menghambat inovasi fintech dan mengurangi daya saing mereka.

Dalam jangka panjang, penyusunan ulang skema biaya berbasis proporsionalitas dan transparansi akan sangat penting. Tujuannya adalah memastikan ekosistem tetap sehat: inovasi tetap berjalan, perlindungan nasabah tetap terjaga, dan beban sistem dibagi secara adil.