Kelompok Usia Tenaga Kerja Indonesia yang Paling Berisiko Digantikan AI

Artificial Intelligence (AI) sudah tidak lagi sekadar wacana. Dunia kerja saat ini bergerak cepat, dan mereka yang tidak siap beradaptasi bisa saja tergeser lebih cepat dari yang dibayangkan. Pertanyaannya, kelompok usia tenaga kerja mana yang paling berisiko digantikan AI, terutama di Indonesia?

Tren Global: Siapa yang Paling Kena Dampak?

Laporan internasional menyebutkan bahwa pekerjaan rutin yang berbasis administrasi, input data, dan customer service adalah yang paling mudah digantikan oleh AI. Data global menunjukkan hampir 40% tenaga kerja berusia 20–35 tahun terjebak di posisi entry-level yang justru rawan otomatisasi.

Di sisi lain, pekerja berusia 40 tahun ke atas menghadapi risiko berbeda: bukan hanya tergantikan, tetapi juga kesulitan beradaptasi dengan skill baru. Bayangkan, generasi muda terancam kehilangan kesempatan naik level, sementara generasi lebih senior khawatir ditinggalkan karena keterampilan digitalnya tertinggal.

Konteks Indonesia: Usia Produktif Justru di Zona Bahaya

Indonesia punya bonus demografi dengan mayoritas tenaga kerja berusia 20–39 tahun. Sekilas ini terlihat menguntungkan, tapi justru kelompok inilah yang paling sering mengisi posisi sebagai staf administrasi, call center, kasir, operator, atau entry-level finance. Semua pekerjaan ini termasuk yang paling cepat digantikan AI.

Contohnya:

  • Chatbot menggantikan customer service
  • Software akuntansi otomatis menggantikan staf pembukuan
  • Mesin kasir digital menggantikan kasir supermarket
  • AI tools menggantikan konten dasar yang biasa dibuat staf marketing pemula

Sementara itu, tenaga kerja di usia 40 tahun ke atas menghadapi tantangan berbeda. Mereka punya pengalaman, tapi banyak yang masih gagap digital. Akibatnya, saat perusahaan mengadopsi sistem AI, mereka kesulitan mengikuti ritme. Inilah jebakan berbahaya: generasi muda rawan digantikan, generasi senior rawan ditinggalkan.

Kenapa Kamu Harus Peduli Sekarang?

Fenomena ini bukan prediksi belaka. AI berkembang terlalu cepat. Kalau kamu masih merasa aman hanya karena sekarang posisimu stabil, itu bisa jadi jebakan. Dalam 5 tahun ke depan, banyak perusahaan di Indonesia diprediksi akan memangkas pekerjaan yang bisa digantikan AI.

Bagi pekerja muda, jangan merasa aman hanya karena masih punya banyak waktu. Persaingan makin ketat, dan yang bisa memanfaatkan AI-lah yang akan naik level. Bagi pekerja berusia lebih matang, jangan menunggu sampai perusahaan memutuskan kamu “tidak relevan”.

Jalan Keluar: Skill yang Tidak Bisa Digantikan AI

Kabar baiknya, tidak semua pekerjaan akan hilang. Skill yang mengandalkan empati, kreativitas tingkat tinggi, negosiasi, strategi bisnis, dan kepemimpinan tetap dibutuhkan. AI hanya jadi alat, bukan pengganti total.

Artinya, siapa pun kamu—usia 20-an atau 40-an—harus segera meng-upgrade diri. Kuasai skill digital, pelajari cara kerja AI, dan posisikan dirimu bukan sebagai pesaing AI, melainkan partner yang tahu cara memanfaatkannya.

Jangan Sampai Kamu Jadi Korban Berikutnya

AI tidak menunggu siapa pun. Generasi muda berisiko digantikan, generasi tua berisiko ditinggalkan. Kalau kamu tidak bergerak sekarang, mungkin dalam hitungan tahun kariermu bisa berhenti begitu saja. Pertanyaannya: kamu mau jadi bagian dari mereka yang tersingkir, atau mereka yang justru naik level berkat AI?