Kerja 3 Jam per Hari, Mahasiswa 34 Tahun Raup Rp.3 Miliar dari AI

Seorang pengusaha asal Inggris berusia 34 tahun, Utkarsh Amitabh, berhasil meraih penghasilan hingga US$200 per jam dari pekerjaan sampingan sebagai pelatih model kecerdasan buatan (AI). Sejak Januari 2025, Amitabh bekerja secara freelance untuk startup data labeling micro1, meski sebelumnya tidak berniat mencari pekerjaan baru.

Amitabh menjalani peran ini di tengah kesibukannya sebagai penulis, dosen universitas, pendiri dan CEO platform mentorship global Network Capital, serta mahasiswa Ph.D. di Saïd Business School, University of Oxford. Ia mengaku tertarik karena rasa ingin tahu intelektual dan kesesuaian pekerjaan tersebut dengan latar belakangnya di bidang strategi bisnis, pemodelan keuangan, dan teknologi.

Dalam perannya, Amitabh membantu melatih model AI dengan memecah persoalan bisnis kompleks menjadi instruksi yang jelas dan terstruktur agar dapat dipahami mesin. Proses ini menuntut ketelitian tinggi, analisis mendalam, serta trial and error yang bisa memakan waktu berjam-jam untuk satu set masalah. Ia rata-rata bekerja sekitar 3,5 jam per malam, setelah anaknya tidur.

Berdasarkan slip gaji yang dikonfirmasi CNBC Make It, Amitabh telah memperoleh hampir US$300.000, termasuk bonus penyelesaian proyek. Meski demikian, ia menegaskan bahwa uang bukan motivasi utama, melainkan nilai intelektual dan keadilan kompensasi atas keahlian yang dibutuhkan.

Micro1 sendiri memiliki jaringan lebih dari dua juta pakar global yang menjadi tulang punggung kualitas data pelatihan AI untuk klien besar, termasuk laboratorium AI dan perusahaan Fortune 100. Menurut perusahaan, kemajuan AI saat ini sangat bergantung pada kontribusi manusia dengan keahlian mendalam.

Menanggapi kekhawatiran bahwa AI akan menghilangkan lapangan kerja, Amitabh mengambil posisi moderat antara optimisme dan realisme. Ia mengakui akan ada dampak pengurangan pekerjaan, tetapi percaya AI juga akan menciptakan peluang baru. Baginya, hubungan manusia dan mesin bersifat simbiotik, di mana kemajuan keduanya hanya bisa terjadi melalui kolaborasi berkelanjutan.