Kerjasama Apple dan China Yang Dikhawatirkan Dunia Barat

Apple dikenal sebagai salah satu perusahaan teknologi paling sukses di dunia. Namun di balik pencapaian tersebut, ada hubungan erat dengan China yang menyimpan risiko besar bagi masa depan dunia barat.

Sejak awal 2000-an, Apple memutuskan untuk memusatkan proses produksinya di China. Saat ini, sekitar 90 persen produk Apple dibuat di negara tersebut. Tak hanya memanfaatkan tenaga kerja murah, Apple juga berperan besar dalam melatih lebih dari 28 juta pekerja di berbagai sektor manufaktur di China. Jumlah ini bahkan melebihi seluruh tenaga kerja di negara bagian terbesar di Amerika Serikat.

Investasi Apple di China mencapai puluhan miliar dolar per tahun. Selain membangun lini produksi yang sangat efisien, Apple juga mentransfer berbagai teknologi canggih ke mitra-mitra lokal di China. Hal ini mempercepat lahirnya perusahaan-perusahaan teknologi dalam negeri yang kini menjadi pesaing utama Apple di pasar global.

Namun, hubungan ini tidak tanpa masalah. Di balik kecepatan produksi dan efisiensi yang dijuluki “kecepatan China,” terdapat berbagai laporan tentang pelanggaran hak pekerja, kondisi kerja yang buruk, serta tekanan dari pemerintah terkait kontrol data dan sensor informasi. Apple juga pernah diminta untuk menyesuaikan layanan digitalnya agar sesuai dengan kebijakan lokal yang membatasi akses terhadap informasi dari luar negeri.

Bukan hanya itu, teknologi yang dikembangkan oleh Apple bersama para pemasoknya di China kini digunakan untuk memperkuat merek-merek lokal seperti Huawei, Xiaomi, dan lainnya. Beberapa dari produk ini bahkan memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dan harga yang lebih kompetitif dibanding produk Apple sendiri.

Fakta ini menunjukkan bahwa hubungan antara Apple dan China bersifat timbal balik. China membantu Apple tumbuh menjadi perusahaan bernilai triliunan dolar, sementara Apple secara tidak langsung memperkuat posisi China dalam persaingan teknologi global. Namun, ketergantungan Apple terhadap sistem produksi di China juga menciptakan kerentanan besar. Dalam situasi geopolitik yang tidak stabil, kondisi ini bisa menjadi ancaman bagi industri teknologi barat.

Apa yang awalnya tampak seperti keputusan bisnis yang cerdas, kini dipandang sebagai dilema besar: Apakah keuntungan jangka pendek sebanding dengan risiko jangka panjang bagi kebebasan, inovasi, dan keamanan dunia ala barat?