Bagi para CEO dan calon CEO, menjalin hubungan langsung dengan Gedung Putih akan menjadi semakin penting pada masa kepresidenan yang akan datang. Hal ini terbukti dari banyaknya eksekutif teknologi yang mendekati Presiden terpilih Donald Trump menjelang pelantikannya.
Sebagai contoh, CEO Meta Mark Zuckerberg mengunjungi Mar-a-Lago pada minggu Thanksgiving untuk memperbaiki hubungan yang tegang dengan Trump, yang selama ini kritis terhadap platform media sosial Zuckerberg. Ia tidak sendirian; CEO perusahaan besar seperti Sundar Pichai dari Google dan Andy Jassy dari Amazon—termasuk pendiri Jeff Bezos—semua berusaha menjalin komunikasi awal dengan Trump, untuk mendiskusikan prioritas bisnis, menyelaraskan strategi, dan mencapai hasil yang menguntungkan.
Pendekatan ini mirip dengan yang dilakukan oleh CEO Apple, Tim Cook. Sejak masa jabatan pertama Trump, Cook terus berkomunikasi dengan pemerintahan tersebut, menghadiri pertemuan di Gedung Putih, dan menjadi bagian dari dewan penasihat. Ia menekankan tujuan bersama seperti penciptaan lapangan kerja dan manufaktur di AS, serta kontribusi Apple yang mendukung kebijakan “America First”. Trump pun secara terbuka memuji Cook sebagai seorang advokat yang efektif untuk pertumbuhan bisnis dan ekonomi.
Pemimpin lainnya, baik di sektor teknologi maupun di luar itu, kini mengikuti jejak tersebut dengan memanfaatkan pertemuan pribadi dengan pemerintahan yang akan datang untuk membela perusahaan mereka, memengaruhi kebijakan, dan mendapatkan perlakuan yang menguntungkan.
Namun, berurusan dengan gaya kepemimpinan Trump yang transaksional ini tidaklah mudah. Trump sering kali menuntut loyalitas penuh, sehingga pertemuan semacam ini menjadi risiko yang dihitung bagi mereka yang tidak bisa menavigasi dengan cerdik strategi Trump. Para pemimpin harus hati-hati dalam menunjukkan dukungan terhadap pemerintahan ini, sambil menghindari masalah yang dapat muncul terkait konsumen atau dianggap tidak loyal terhadap kampanye Trump.
Kemampuan Cook untuk mengelola dinamika ini dengan diplomatis adalah keterampilan yang patut diperhitungkan.
Pelajaran Kepemimpinan dari Glenn Flogel
CEO Booking Holdings, Glenn Flogel, membahas pentingnya fleksibilitas dan perubahan setelah pengumuman restrukturisasi perusahaan. Menurut Flogel, perubahan itu sulit, tetapi tidak melakukannya justru adalah kepemimpinan yang buruk. Ia mencontohkan perusahaan-perusahaan yang tidak berubah meski seharusnya melakukannya, seperti Nokia, BlackBerry, dan Blockbuster. “Perusahaan-perusahaan yang tidak mau berubah akhirnya hilang dari pasar,” kata Flogel.
Berita Terkini
- Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menyatakan percaya diri bahwa perang tarif dengan AS dapat dihindari setelah berbicara dengan Presiden terpilih Donald Trump.
- Individu terkaya di dunia menambah kekayaan mereka sebesar $585 miliar, didorong oleh reli pasar saham yang terutama dipicu oleh boom AI.
- Lei Zhang, investor asal China yang telah menghasilkan miliaran dolar bagi Yale, kini meninjau ulang strategi investasinya di China seiring merosotnya hubungan AS-China dan ketegangan geopolitik yang meningkat.
- CEO HSBC tengah merombak kepemimpinan bank tersebut melalui restrukturisasi besar, termasuk mengecilkan komite manajemen dan menggabungkan wilayah.
- CEO Stellantis, perusahaan otomotif yang memiliki merek seperti Jeep dan Citroën, mengundurkan diri. Komite eksekutif yang dipimpin oleh ketua perusahaan akan mencari penggantinya.
Kepemimpinan yang fleksibel dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi keterampilan yang sangat penting di dunia bisnis saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan politik dan ekonomi global yang terus berkembang.
Fleksibilitas dan Adaptasi adalah Kunci Sukses Bagi Pebisnis Muda
Bagi pebisnis muda, ada banyak hal yang bisa dipelajari dari kisah para pemimpin besar seperti Tim Cook, Mark Zuckerberg, dan Sundar Pichai. Mereka bukan hanya pemimpin dalam hal inovasi produk, tetapi juga tahu bagaimana memanfaatkan hubungan politik untuk mendukung pertumbuhan perusahaan mereka. Di dunia bisnis yang terus berubah, fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi menjadi dua keterampilan utama yang harus dimiliki oleh setiap pebisnis muda.
1. Bangun Hubungan yang Kuat dengan Pemangku Kepentingan Utama
Seperti yang ditunjukkan oleh CEO besar di atas, membangun hubungan yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan—termasuk pejabat pemerintah, pemimpin industri, dan bahkan pesaing—merupakan strategi yang tak bisa diabaikan. Pebisnis muda perlu memahami bahwa kesuksesan tidak hanya datang dari produk atau layanan yang mereka tawarkan, tetapi juga dari jaringan yang mereka bangun. Komunikasi yang baik dan hubungan yang saling menguntungkan akan membuka pintu peluang yang lebih besar, termasuk peluang untuk bernegosiasi dengan pemerintah dan mengakses kebijakan yang mendukung pertumbuhan bisnis.
2. Jaga Loyalitas, Tetapi Jangan Takut untuk Mengambil Risiko
Sebagai seorang pemimpin, menunjukkan loyalitas kepada pihak-pihak tertentu—termasuk pemerintah atau mitra bisnis—adalah hal yang penting. Namun, seperti yang terlihat pada interaksi para CEO dengan pemerintahan Trump, terkadang menunjukkan dukungan juga bisa berarti mengambil risiko. Pebisnis muda harus mampu menyeimbangkan antara loyalitas terhadap pihak-pihak yang berkuasa dan mempertahankan integritas serta misi jangka panjang perusahaan. Jangan takut untuk mengambil langkah berani jika itu demi kebaikan perusahaan, tetapi pastikan keputusan tersebut didasari pertimbangan yang matang.
3. Fleksibilitas dalam Menghadapi Perubahan
Perubahan adalah hal yang tak terhindarkan, baik itu dalam hal kebijakan pemerintah, dinamika pasar, atau teknologi. Pelajaran penting bagi pebisnis muda adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. Seperti yang disampaikan oleh Glenn Flogel, CEO Booking Holdings, perubahan memang sulit, namun tidak melakukan perubahan justru bisa berbahaya. Pebisnis muda harus siap untuk mengubah model bisnis mereka, memodifikasi produk, atau bahkan mengganti arah strategi jika dibutuhkan. Jangan terjebak dalam zona nyaman, karena pasar selalu berkembang dan siapa pun yang tidak mengikuti perubahan akan tertinggal.
4. Belajar dari Kesalahan dan Kegagalan
Kesuksesan tidak datang dengan mudah, dan kegagalan adalah bagian dari proses. Pebisnis muda perlu belajar dari setiap kegagalan dan menggunakan pengalaman itu sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih baik. Seperti yang ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan yang gagal beradaptasi dengan perubahan zaman, seperti Nokia dan Blockbuster, kegagalan sering terjadi karena kurangnya fleksibilitas dalam menghadapi tantangan baru. Jangan takut untuk gagal, tetapi pastikan Anda belajar dari kesalahan dan terus berkembang.
5. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang
Kepemimpinan yang sukses membutuhkan visi jangka panjang. Pebisnis muda sering kali fokus pada hasil jangka pendek, tetapi mereka perlu mengingat bahwa keberlanjutan dan pertumbuhan yang stabil adalah tujuan utama. Menjaga fokus pada tujuan besar, seperti menciptakan lapangan kerja, berkontribusi pada ekonomi, atau memajukan industri tertentu, akan membantu membuat keputusan yang lebih bijak dalam jangka panjang. Pebisnis muda harus siap untuk berkomitmen pada visi tersebut dan membuat keputusan yang mendukung keberlanjutan perusahaan, meskipun mungkin harus mengorbankan keuntungan sesaat.
6. Keterampilan Diplomasi yang Kuat
Seperti yang terlihat dari hubungan Tim Cook dengan pemerintahan Trump, keterampilan diplomasi memainkan peran penting dalam kesuksesan bisnis. Pebisnis muda harus tahu kapan berbicara keras dan kapan perlu lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata. Mampu bernegosiasi dengan pihak-pihak yang memiliki pandangan berbeda dan mencari solusi win-win adalah keterampilan yang akan membantu membangun reputasi dan memperluas pengaruh.
Belajar dari Pemimpin yang Ada dan Terus Berkembang
Pebisnis muda dapat banyak belajar dari cara para CEO besar berinteraksi dengan dunia politik dan beradaptasi dengan perubahan. Fleksibilitas, hubungan yang kuat, dan kemampuan untuk beradaptasi adalah kunci untuk mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis yang kompetitif. Jangan takut untuk mengambil risiko, tetapi selalu ingat untuk menjaga integritas dan fokus pada tujuan jangka panjang.