Perusahaan teknologi raksasa Nvidia untuk pertama kalinya menyentuh nilai kapitalisasi pasar sebesar $4 triliun (sekitar Rp. 65.000 Triliun) pada Rabu (11 Juni 2025), meski akhirnya ditutup dengan kenaikan tipis 1,8% di harga penutupan. Nilai pasar perusahaan berakhir di angka $3,97 triliun.
Langkah ini menandai tonggak sejarah baru bagi Nvidia sebagai perusahaan publik paling berharga di dunia, mengalahkan Microsoft dan Apple yang sebelumnya sama-sama menembus angka $3 triliun. Uniknya, Microsoft juga merupakan salah satu pelanggan terbesar Nvidia.
Didirikan pada tahun 1993 di California, Nvidia telah mengalami lonjakan nilai luar biasa sejak tren kecerdasan buatan (AI) meledak pada akhir 2022 berkat kehadiran ChatGPT. Sejak saat itu, Nvidia menjadi pemain utama dalam menyediakan unit pemrosesan grafis (GPU) yang digunakan untuk melatih dan menjalankan model bahasa besar (large language models).
Dalam lima tahun terakhir, harga saham Nvidia telah naik lebih dari 15 kali lipat. Bahkan dalam satu bulan terakhir saja, sahamnya naik lebih dari 15%, dan sejak awal tahun ini naik 22%.
Namun di balik pencapaian tersebut, Nvidia juga menghadapi tantangan besar, terutama terkait pembatasan ekspor ke China. Pada Mei lalu, CEO Jensen Huang mengungkapkan bahwa larangan ekspor chip H20 ke pasar China bisa menyebabkan kerugian hingga $8 miliar. Ia menyebut pasar China senilai $50 miliar kini “secara efektif tertutup bagi industri AS.”
Kekhawatiran sempat muncul awal tahun ini ketika model AI buatan China, DeepSeek, memicu spekulasi bahwa AI masa depan bisa berjalan tanpa membutuhkan banyak chip, namun sejauh ini Nvidia tetap kokoh sebagai pemimpin pasar.
CEO Jensen Huang sendiri sempat menghadiri diskusi teknologi dalam acara VivaTech di Paris, menunjukkan peran penting Nvidia dalam ekosistem teknologi global saat ini.