Pabrik Baterai EV Northvolt Bangkrut, Rencana Jadi Raja Baterai Eropa Kandas

Kabar kurang sedap datang dari dunia industri baterai mobil listrik. Northvolt, perusahaan asal Swedia yang digadang-gadang bakal jadi pesaing utama pabrikan China seperti CATL dan BYD, resmi bangkrut. Perusahaan yang didirikan oleh dua mantan eksekutif Tesla ini mengumumkan kebangkrutannya pada Rabu setelah gagal mendapatkan pendanaan tambahan. Padahal, sebelumnya mereka sudah berusaha mencari berbagai cara agar tetap bisa bertahan.

Penyebab Bangkrutnya Northvolt

Northvolt mengaku menghadapi banyak tantangan yang bikin kondisi keuangan mereka makin terjepit. Biaya modal yang terus naik, ketidakstabilan geopolitik, serta gangguan rantai pasok jadi faktor utama yang membuat mereka kesulitan. Meskipun sempat mengajukan perlindungan kebangkrutan (Chapter 11) pada November lalu dan mendapat dukungan dari beberapa pemberi pinjaman, Northvolt tetap tidak mampu memenuhi syarat keuangan agar bisa terus beroperasi. Kini, pengadilan Swedia telah menunjuk wali khusus untuk mengurus penjualan bisnis dan aset perusahaan tersebut.

Dampak bagi Industri Otomotif Eropa

Kebangkrutan Northvolt jadi pukulan telak bagi industri otomotif Eropa, yang sedang berusaha mengejar ketertinggalan dari China dalam produksi baterai EV. Perusahaan ini sebelumnya berhasil menarik investasi lebih dari $15 miliar dari raksasa otomotif seperti Volkswagen hingga investor besar seperti Goldman Sachs dan BlackRock. Namun, utang yang membengkak dan ketergantungan pada peralatan dari China justru membuat produksi Northvolt terhambat. Yang menarik, hanya Northvolt AB dan anak perusahaannya di Swedia yang mengajukan kebangkrutan. Bisnis mereka di Jerman dan Amerika Utara masih berjalan, meski masa depannya akan ditentukan oleh pengadilan dan para pemegang saham.

Persaingan EV di Eropa Makin Panas

Di sisi lain, industri otomotif Eropa juga tengah menghadapi tekanan besar. Penjualan mobil listrik melambat, sementara persaingan dengan pabrikan China semakin ketat. Volkswagen, misalnya, dikabarkan berencana menutup beberapa pabriknya di Jerman dan memangkas ribuan pekerja karena kelebihan kapasitas produksi. Mercedes-Benz juga melakukan langkah serupa dengan menawarkan program pensiun dini dan pemotongan gaji bagi karyawannya setelah mengalami penurunan penjualan di 2024. Dengan kondisi seperti ini, masa depan industri baterai dan mobil listrik di Eropa semakin penuh tantangan.