Permintaan Perbaikan Chip AI Nvidia Meningkat Pesat di China

Di tengah larangan ekspor chip AI canggih Nvidia ke China oleh pemerintah Amerika Serikat, justru muncul fenomena yang tak terduga: bisnis perbaikan chip Nvidia di China tumbuh dengan cepat.

Sekitar belasan perusahaan kecil di pusat teknologi Shenzhen kini secara terbuka menawarkan jasa perbaikan chip Nvidia H100 dan A100 — chip yang secara resmi dilarang masuk ke China sejak 2022 karena alasan keamanan nasional AS. Perusahaan-perusahaan ini mengaku mampu memperbaiki hingga ratusan unit chip AI setiap bulan, sebagian bahkan menyediakan fasilitas uji coba yang menyerupai pusat data pelanggan.

Tumbuhnya Bisnis “Bayangan”

Meski tidak ilegal untuk memperbaiki chip Nvidia di China, fakta bahwa banyak chip ini berada di dalam negeri menunjukkan kemungkinan besar adanya praktik penyelundupan. Pemerintah dan militer China juga disebutkan dalam beberapa dokumen tender telah membeli chip yang dilarang ini.

Seorang pemilik usaha jasa perbaikan chip di Shenzhen mengaku memulai perbaikan chip AI sejak akhir 2024 dan kini menangani hingga 500 unit per bulan. Harga perbaikan berkisar antara 10.000 hingga 20.000 yuan (sekitar Rp20 juta hingga Rp40 juta), tergantung kerusakan.

Mengapa Chip Nvidia Masih Dicari?

Meskipun China punya alternatif seperti chip buatan Huawei, performa chip Nvidia seperti H100 tetap jauh lebih unggul, khususnya untuk melatih model AI besar seperti chatbot. Di sisi lain, chip pengganti buatan Nvidia khusus untuk pasar China, yaitu H20, dinilai masih kurang optimal dan harganya tinggi — satu server H20 dengan delapan chip bisa mencapai 1 juta yuan (sekitar Rp139 juta).

Akibatnya, banyak perusahaan di China masih menggunakan chip H100 dan A100 yang sudah bekerja keras selama bertahun-tahun, menyebabkan tingkat kerusakan meningkat dan memunculkan kebutuhan akan layanan perbaikan.

Kekhawatiran Pemerintah AS

Maraknya permintaan ini membuat pemerintah AS khawatir. Baik Partai Demokrat maupun Republik telah mengajukan rancangan undang-undang baru yang mewajibkan pelacakan lokasi chip setelah dijual, guna mencegah kebocoran ke negara-negara yang masuk daftar pembatasan ekspor.

Seorang juru bicara Nvidia menyatakan bahwa hanya perusahaan dan mitra resmi yang dapat memberikan dukungan teknis dan perbaikan yang layak. Menggunakan chip tanpa dukungan resmi disebut “tidak layak secara teknis dan ekonomis.”

Tren Baru: Chip Lebih Canggih Diselundupkan

Saat ini, permintaan mulai bergeser ke chip Nvidia B200 yang lebih baru dan lebih kuat. Di pasar gelap China, server dengan delapan B200 bisa dihargai lebih dari 3 juta yuan (sekitar Rp420 juta).

Fenomena ini menunjukkan bahwa regulasi ekspor teknologi tinggi tidak selalu bisa membendung permintaan di pasar global, khususnya di sektor AI yang berkembang pesat. China, sebagai kekuatan teknologi besar, tetap berupaya mendapatkan komponen kelas dunia walaupun harus melalui jalur tak resmi. Di sisi lain, hal ini memperlihatkan betapa dominannya Nvidia di pasar chip AI global — bahkan chip bekas dan rusak pun tetap menjadi rebutan.