Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengakui bahwa Eropa saat ini tertinggal dalam persaingan kecerdasan buatan (AI) dibandingkan dengan Amerika Serikat dan China. Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Macron menegaskan bahwa Eropa butuh strategi AI yang jelas agar tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tapi juga pemain utama dalam pengembangannya.
Eropa Harus Lebih Agresif dalam Pendanaan
Salah satu tantangan utama adalah pendanaan. Menurut Macron, Eropa saat ini hanya menguasai 3-5% dari total daya komputasi global, jauh di bawah pesaingnya. Karena itu, ia menargetkan pembangunan 20% pusat data dunia di Eropa. Untuk mewujudkannya, Prancis akan menggandeng investor dari Amerika Serikat dan negara-negara Teluk Arab.
Prancis sendiri sedang bersiap meluncurkan superkomputer terbesar di Eropa pada tahun 2025. Berlokasi di Mont Valerien, fasilitas ini akan mendukung proyek-proyek AI berskala besar, termasuk dalam bidang pertahanan dan teknologi militer seperti anti-drone jamming.
Regulasi yang Lebih Ramah Bisnis
Macron juga menekankan pentingnya menyederhanakan regulasi agar Eropa lebih kompetitif dalam industri AI. Menurutnya, saat ini terlalu banyak aturan yang justru menghambat investasi dan inovasi. Ia berencana menghapus aturan-aturan yang dianggap tidak relevan serta menyelaraskan kebijakan Eropa dengan Amerika Serikat untuk menciptakan ekosistem AI yang lebih kondusif.
Prancis Akan Investasi AI
Dalam KTT AI di Paris, Prancis akan mengumumkan investasi dari sektor swasta senilai 109 miliar euro (Rp. 1800 Triliun) untuk pengembangan AI. Dana ini termasuk investasi 20 miliar euro dari perusahaan Kanada, Brookfield, serta pendanaan potensial hingga 50 miliar euro dari Uni Emirat Arab. Sebagian besar investasi ini akan digunakan untuk membangun pusat data berskala besar yang dapat mendukung perkembangan AI di Eropa.
Eropa Harus Bangkit
Di tengah persaingan global yang semakin ketat, Macron berharap langkah-langkah ini bisa menjadi titik balik bagi Eropa. “Saya akan berjuang untuk AI, untuk pertahanan, dan untuk ambisi yang lebih besar,” tegasnya. Menurutnya, inisiatif ini harus menjadi “alarm pengingat” bagi Eropa agar tidak tertinggal lebih jauh. Dengan strategi pendanaan yang lebih agresif, regulasi yang lebih fleksibel, serta dukungan dari sektor swasta, Prancis berharap bisa menempatkan dirinya – dan Eropa – kembali dalam peta persaingan AI global.