Lebih dari seribu karyawan Amazon menyampaikan kekhawatiran serius mengenai arah pengembangan kecerdasan buatan di perusahaan tersebut. Melalui sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada CEO Andy Jassy dan jajaran pimpinan senior, para pekerja menilai langkah agresif Amazon dalam membangun teknologi AI berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi demokrasi, lingkungan, dan masa depan tenaga kerja.
Surat itu dipublikasikan pekan lalu dengan lebih dari 1.000 tanda tangan yang tidak disebutkan namanya. Para penandatangan berasal dari berbagai lini pekerjaan, mulai dari kasir Whole Foods hingga teknisi dukungan TI. Meski jumlah itu hanya sebagian kecil dari total karyawan Amazon yang mencapai sekitar 1,53 juta menurut laporan keuangan kuartal ketiga, suara mereka dinilai mencerminkan meningkatnya kegelisahan di internal perusahaan.
Dalam isi surat, karyawan menuduh perusahaan mengabaikan target iklim demi mempercepat pembangunan teknologi AI. Mereka juga menyebut Amazon mulai memaksa pekerja untuk menggunakan teknologi tersebut sekaligus mengurangi jumlah tenaga kerja demi mengalihkan investasi ke pengembangan AI. Selain itu, surat tersebut menyoroti kekhawatiran bahwa Amazon berperan dalam membentuk sistem pengawasan yang semakin ketat dan kurang memberikan perlindungan bagi masyarakat.
Para penulis surat menyampaikan bahwa peluncuran AI secara agresif terjadi di tengah meningkatnya gelombang otoritarianisme global dan periode krusial untuk memperlambat krisis iklim. Mereka memperingatkan bahwa pendekatan pengembangan AI tanpa batas dapat merusak demokrasi, mengancam stabilitas pekerjaan, dan memperburuk kondisi bumi. Para karyawan juga mencatat bahwa emisi karbon Amazon secara global terus meningkat sejak 2019, meskipun perusahaan menargetkan net zero pada 2040.
Amazon membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataannya, perusahaan menegaskan bahwa komitmen iklim tidak pernah ditinggalkan. Juru bicara Amazon, Brad Glasser, menyebut pernyataan dalam surat itu tidak berdasarkan fakta. Ia menegaskan bahwa Amazon berinvestasi dalam energi bebas karbon dan ratusan proyek energi terbarukan di seluruh dunia serta berupaya meningkatkan efisiensi operasional, termasuk pada pusat data. Meski demikian, data menunjukkan emisi Amazon naik 6 persen tahun lalu, sebagian besar disebabkan pertumbuhan pesat pembangunan pusat data.
Fokus Amazon terhadap AI semakin jelas ketika pada November lalu perusahaan mengumumkan rencana investasi hingga 50 miliar dolar untuk memperluas infrastruktur AI dan superkomputing bagi pelanggan pemerintah Amerika Serikat mulai 2026. Bloomberg juga melaporkan bahwa Amazon berencana membelanjakan hampir 150 miliar dolar untuk pusat data selama 15 tahun ke depan. Dalam panggilan pendapatan kuartal ketiga, CFO Brian Olsavsky menyatakan bahwa perusahaan telah menggelontorkan 89,9 miliar dolar sepanjang tahun ini, terutama untuk memperkuat layanan AWS demi memenuhi permintaan teknologi AI dan layanan komputasi inti.
Namun di sisi lain, Amazon juga mengumumkan pemangkasan sekitar 14.000 karyawan korporat pada Oktober, sekitar 4 persen dari total 350.000 tenaga kerja korporat. Reuters bahkan melaporkan bahwa total pemutusan hubungan kerja berpotensi mencapai 30.000 orang, menjadikannya pengurangan terbesar dalam sejarah perusahaan. Manajemen beralasan bahwa perubahan ini perlu dilakukan karena teknologi AI menjadi revolusi terbesar sejak internet dan memungkinkan perusahaan berinovasi lebih cepat.
Karyawan yang masih bertahan menyebut bahwa mereka menghadapi tuntutan untuk bekerja lebih cepat, membangun alat AI yang dinilai tidak dibutuhkan, serta melihat investasi besar diarahkan ke pengembangan AI sementara dukungan untuk peningkatan karier mereka minim. Mereka juga memperingatkan risiko penggunaan teknologi AI pada produk Ring, terutama jika perusahaan kembali membuka akses permintaan rekaman bagi polisi. Menurut mereka, langkah itu memberi kekuasaan yang terlalu besar kepada pemerintah yang semakin otoriter.
Para penandatangan surat itu meminta Amazon mempublikasikan rencana jelas untuk memastikan pusat data ditenagai energi terbarukan, memberikan ruang bagi karyawan untuk meninjau penggunaan AI, serta berkomitmen bahwa teknologi tersebut tidak digunakan untuk tindakan kekerasan, pengawasan berlebihan, atau deportasi massal.
Dalam penutup surat, mereka menegaskan bahwa tujuan mereka bukan menolak inovasi melainkan memastikan bahwa kemajuan AI memberikan manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat. Mereka berharap teknologi ini mampu menciptakan ruang bagi manusia untuk memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga, menikmati alam, serta hidup dalam lingkungan yang aman.

