Silicon Valley tengah ramai membahas kacamata pintar. Perusahaan teknologi besar, seperti Google, Snap, Meta, dan Amazon, yakin kacamata pintar nantinya dapat menjadi “the next big thing” dan perlahan akan menggantikan peran smartphone.
Bukan kali pertama kacamata pintar dicoba. Google Glass pada 2013 dianggap gagal karena ukuran layarnya kecil, baterainya lemah, dan harganya mahal. Tapi sekarang, teknologi kecerdasan buatan (AI) dianggap siap membuat kacamata pintar lebih berguna dan nyaman dipakai.
AI dapat membantu kacamata memahami apa yang dilihat penggunanya, kemudian memberikan informasi secara langsung. Misalnya, kacamata Meta dapat menerjemahkan percakapan secara real time, atau kacamata Google dapat menyarankan resep koktail berdasarkan botol yang sedang dilihat.
Ini terjadi karena teknologi saat ini dapat mengenali gambar, memahami percakapan, dan memberikan jawaban secara instan. Snap juga tengah mengembangkan kacamata pintar bernama “Specs” yang nantinya dapat memahami apa yang terjadi di sekitar penggunanya.
Perusahaan teknologi percaya kacamata nantinya dapat menjadi perangkat penting, bukan lagi sebuah aksesori. Meta, misalnya, menyebut kacamata nantinya dapat menjadi pengganti smartphone. “Banyak di industri percaya bahwa nantinya ponsel akan digantikan kacamata atau teknologi serupa, tapi prosesnya masih bertahun-tahun lagi.” ujar Jitesh Ubrani, analis dari IDC.
Selain Snap, Google, dan Meta, Apple dan Amazon juga tengah bersiap meluncurkan kacamata pintar. Apple tengah menyiapkan produk yang nantinya dapat bersaing, sedangkan Amazon masih terbuka pada kemungkinan meluncurkan kacamata Alexa.
Meski prospeknya cerah, tantangan masih besar. Pengguna masih khawatir soal privasi, dan kacamata pintar dianggap masih barang tambahan yang “tidak wajib dimiliki”. Selain itu, harganya masih cukup mahal, sekitar 300 dollar, dan penjualannya masih bergantung pada seberapa bergunanya teknologi tersebut nantinya.
Meskipun begitu, perusahaan teknologi terus mencari terobosan. Meta dan Google tengah memasukkan teknologi kecerdasan buatan dan visi komputer ke kacamata, sehingga nantinya kacamata bukan lagi sebuah “perangkat tambahan”, tapi menjadi pusat interaksi manusia dan teknologi.