Perusahaan rintisan berbasis AI, Audos, punya target ambisius: melahirkan 100.000 perusahaan baru setiap tahun. Terdengar gila? Pendirinya, Henrik Werdelin, justru yakin ini realistis berkat kecanggihan kecerdasan buatan.
Werdelin bukan orang baru di dunia startup. Sebelumnya, dia dikenal lewat Prehype, studio startup yang sukses membantu lahirnya brand besar seperti Barkbox. Bedanya, kalau dulu fokusnya membangun startup skala besar dengan founder berpengalaman, kini lewat Audos, ia ingin semua orang termasuk yang awam teknologi, bisa punya bisnis sendiri.
Bangun Bisnis Cuma Modal Chat sama AI
Lewat Audos, siapa pun bisa memulai bisnis hanya dengan ngobrol ke AI. Sistem mereka akan tanya apa masalah yang ingin diselesaikan dan siapa target konsumennya. Kalau jawabannya masuk akal, Audos bantu wujudkan ide itu, bahkan sampai ke tahap iklan dan promosi, terutama lewat platform seperti Instagram. “Algoritma Facebook atau Instagram itu luar biasa untuk cari pelanggan, asal kita tahu siapa targetnya,” jelas Werdelin.
Sejak versi beta-nya diluncurkan, Audos sudah bantu ratusan bisnis lahir. Contohnya? Ada montir yang ingin bantu orang ngecek harga servis mobil, ada yang jual layanan urus logistik setelah kematian, sampai pelatih golf virtual dan ahli gizi berbasis AI.
Mereka menyebut para pebisnis kecil ini sebagai “donkeycorn”, plesetan dari istilah “unicorn” yang biasa dipakai buat startup bernilai miliaran dolar. Target Audos memang bukan jadi unicorn, tapi lahirin jutaan bisnis kecil-menengah yang nyata dan berdampak ke hidup banyak orang.
Tanpa Modal Saham, Cukup Bagi Hasil
Berbeda dengan akselerator atau venture capital lain yang minta saham, Audos hanya ambil 15% dari pendapatan bisnis yang mereka bantu lahirkan. Imbalannya, founder dapat akses ke tools AI canggih, bantuan promosi, dan dana awal hingga 25 ribu dolar AS.
Tapi, sistem bagi hasil ini berlaku selamanya, mirip biaya potongan di App Store Apple. Bagi sebagian orang, ini trade-off yang masuk akal. Tapi ada juga yang mungkin merasa potongan 15% seumur hidup terlalu besar.
Meski begitu, investor besar seperti True Ventures sudah tanam modal ke Audos senilai 11,5 juta dolar AS. Mereka yakin masih banyak orang yang tertarik bangun bisnis, apalagi setelah pandemi dan gelombang PHK besar-besaran bikin orang cari alternatif penghasilan.
Henrik Werdelin sendiri punya visi besar. “Bayangkan ada satu juta bisnis kecil, masing-masing omset satu juta dolar per tahun. Itu totalnya jadi bisnis triliunan dolar,” ujarnya.
Di tengah ketidakpastian dunia kerja, ide memberdayakan rakyat biasa jadi entrepreneur memang terdengar menarik. “Kami percaya, dunia lebih baik kalau makin banyak orang jadi pengusaha, termasuk yang nggak punya akses ke modal atau skill teknologi,” tutup Werdelin.