Perusahaan semikonduktor asal Taiwan, TSMC, sedang berupaya menggaet beberapa raksasa teknologi seperti Nvidia, AMD, dan Broadcom untuk bergabung dalam proyek besar: mengelola pabrik chip milik Intel. Langkah ini disebut-sebut sebagai upaya menyelamatkan Intel dari keterpurukan setelah mengalami kerugian besar dalam setahun terakhir.
TSMC Ingin Kelola Pabrik Intel
TSMC menawarkan skema kerja sama di mana mereka akan menjalankan operasional divisi manufaktur chip Intel, tanpa memiliki saham lebih dari 50%. Selain Nvidia, AMD, dan Broadcom, Qualcomm juga dikabarkan sempat didekati untuk ikut dalam proyek ini.
Pembicaraan ini masih dalam tahap awal, namun sudah menarik perhatian pemerintah AS. Presiden Donald Trump dikabarkan ikut memantau perkembangan ini, mengingat Intel merupakan ikon industri AS yang sedang mengalami kemunduran. Pemerintah AS tentu tidak ingin Intel sepenuhnya dimiliki oleh pihak asing.
Intel dalam Krisis
Saat ini, kondisi keuangan Intel sedang tidak baik. Perusahaan ini mencatat kerugian bersih sebesar $18,8 miliar (Rp. 300 triliun) pada tahun 2024, yang merupakan kerugian pertama sejak tahun 1986. Nilai properti dan peralatan divisi manufaktur chip Intel sendiri mencapai $108 miliar per 31 Desember 2024.
Namun, berita ini sedikit membawa angin segar. Saham Intel naik 6% dalam perdagangan awal di AS, sementara saham Nvidia, AMD, Broadcom, dan Qualcomm juga mengalami kenaikan antara 1,18% hingga 6,64%. Di sisi lain, saham TSMC naik sekitar 1,8% di Taiwan.
Tantangan Besar di Depan Mata
Jika kesepakatan ini terjadi, tantangan besar menanti. Intel dan TSMC memiliki teknologi manufaktur chip yang berbeda, mulai dari proses produksi, bahan kimia, hingga peralatan yang digunakan. Belum lagi, ada risiko kebocoran rahasia dagang yang harus dijaga ketat.
Saat ini, Intel memang sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan seperti UMC dari Taiwan dan Tower Semiconductor dari Israel. Namun, bagaimana mekanisme kerja sama dengan TSMC nanti masih menjadi tanda tanya besar.
Sementara itu, Nvidia dan Broadcom saat ini sedang menguji teknologi produksi Intel yang dikenal sebagai “18A,” yang diklaim lebih canggih dari teknologi 2-nanometer milik TSMC. Hal ini menjadi perdebatan di antara kedua perusahaan dalam negosiasi yang berlangsung sejak Februari lalu.
Masa Depan Intel di Tangan Kesepakatan Ini?
Intel masih mempertimbangkan berbagai opsi untuk menyelamatkan bisnisnya. Dewan direksi perusahaan disebut-sebut mendukung kerja sama dengan TSMC, meskipun ada beberapa eksekutif yang menentangnya.
Keputusan final soal kerja sama ini belum diambil. Namun satu hal yang pasti, masa depan Intel sebagai raksasa industri chip akan sangat dipengaruhi oleh hasil negosiasi ini. Apakah Intel akan bangkit kembali, atau justru semakin terpuruk? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.